Assalamu'alaikum wr.wb
Di kota Basrah, Irak, pernah hidup seorang laki-laki yang senantiasa menghabiskan hari-harinya dengan meneggak minuman keras. Berulangkali sudah para tetangga mengingatkan ia supaya meninggalkan kebiasaan ber mabuk-mabukan. Namun tidak sekalipun digubrisnya. Akibat kebiasaan yang tidak terpuji itu, ia hidup terkucil. Begitupula keadaannya waktu laki-laki tersebut meninggal dunia, tidak seorangpun yang bersedia mengurus jenasahnya.
Terpaksa hanya istri laki-laki itu yang mengurus jenasahnya. Usai memandikan dan mengkafani, si istri mencari orang-orang yang bersedia menshalati jenasah suaminya. Namun tidak seorangpun yang bersedia. Ditengah keputusasaannya, datanglah seorang ulama zuhud berniat menshalatinya. Kejadian tersebut, tentu saja menggemparkan masyarakat setempat.
"Mengapa ulama yang zahid itu sudi menshalatinya?" tanya salah seorang penduduk.
"Mungkin dia tidak tahu, bahwa semasa hidupnya simayat suka mabuk mabukan,"jawab yang lain.
"Atau, mungkin juga karena rasa kasian melihat tidak seorangpun diantara kita yang sudi mengurusnya," reka yang lain lagi.
Mendengar komentar-komentar penduduk itu, sang ulama segera memberikan penjelasan. "Di dalam tidurku semalam, aku bermimpi mendapat perintah ke tempat ini. Mendatangi jenasah seorang laki-laki yang hanya ditemani istrinya. Aku juga diperintahkan menshalatinya, karena dosa-dosa si mayat selama hidupnya telah diampuni oleh-Nya."
Mendengar penuturan ulama yang zahid itu, semua orang tercenggang keheranan. Mereka saling berpandangan. Tatap mata mereka, tampaknya bertanya-tanya. Amal kebajikan apakah yang dimiliki oleh si mayat sehingga diampuni dosa dosanya, pikir mereka. Rasa penasaran mereka kemudian terjawab ketika sang ulama berdialog dengan istri si mayat.
"Kebaikan apakah yang banyak diperbuat suamimu semasa hidupnya?" tanya sang ulama. "tidak ada," istri almarhum menggeleng. "Setiap hari aku menyaksikan mabuk-mabukan."
"Subhanallah," komentar sang ulama. "Cobalah kau ingat-ingat, barangkali ia memiliki amal kebaikan."
"Demi Tuhan tidak ada. Hanya saja kalau dia sadar dari mabuknya disaat waktu shalat Subuh, ia segera berganti pakaian lalu mengambil wudlu dan shalat berjamaah. Setelah itu kembali kepada kegemarannya menenggak arak."
Sang ulama masih terdiam mendengarkan. Begitu juga penduduk setempat.
"Dan ketika sadar di tengah keasyikannya menenggak arak," kisah istri almarhum lagi. "Ia menangis sambil menyesali diri: Ya Tuhanku, dimanakah sudut Neraka Jahanam. Apakah Engkau akan mengisi Jahanam dengan dosa-dosaku ini?. Begitu ia sering menyesali diri."
"Selain itu?"
"Rumah kami tak pernah sepi dari anak-anak yatim yang ia asuh dan sayangi melebihi anaknya sendiri."
Sang Ulama mengangguk-angguk lantas menshalatinya. Para penduduk tetangga almarhum akhirnya tergugah untuk menshalatinya juga.
Wassalamu'alaikum wr.wb
Sumber:
(Disadur dari buku : Sedekah Membuka Pintu Surga oleh Syamsul Rijal Hamid, Hal 90 - 92)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar