Islamic Widget

Selasa, 31 Agustus 2010

Apapun masalahnya Al-Quran solusinya

Seiring tahun baru, perputaran matahari yang terus bergerak sesuai kehendakNYA memberi terang benderang bumi pada siang hari, teknologi pun terus maju. Ketika kita tidak bisa mengikutinya kadang membuat pikiran kita tidak terang, menyikapinya perlu dengan hati tenang, boleh jadi teknologi kita perlu diganti. Permasalahan yang menyelimuti bumi perlu dicari.

Pada prinsipnya, prinsip seorang muslim, apapun permasalahannya Al Quran solusinya. Dengan memegang prinsip ini takkan membuat diri kita drop, lemah, lesu, putus asa bahkan hingga bunuh diri ketika menghadapi masalah. Hanya saja kadang kita merasa tidak menemukan solusinya di dalam Al Quran. Jika ini terjadi mungkin karena kita tidak memahami permasalahan itu.

Banyak orang menganggap punya permasalahan padahal itu bukan permasalahannya. Di sisi lain ada yang tidak mempermasalahkan bahwa itu adalah masalah. Tidak punya uang? Masalah? Ada permasalahan yang tidak perlu dipermasalahkan jadi bisa diabaikan saja. Lawan Jenis? Permasalahan? Permasalahan itu akan berlarut jika dipikirkan terus apalagi jika pikirannya sangat jauh antara idealisme dengan realitas. Kita harus memahami mana yang perlu dipersoalkan dan mana yang tidak perlu dipersoalkan.

Ada 3 permasalahan yang harus dipermasalahkan. Diluar 3 masalah ini, mempermasalahkannya hanya akan menghabiskan potensi dan energi sia-sia. Permasalahan itu adalah permasalahan yang harus kita selesaikan sebelum hidup berakhir.

1. Belum tertunaikannya yang wajib dan yang sunnah dalam hidup kita. Misalnya shalat kita belum sempurna dalam pelaksanaannya baik yang wajib maupun yang sunnah, masih menunda-nunda waktu shalat, mungkin juga tidak khusyu dalam shalatnya. Baca Qurannya? Bagaimana menutup aurot kita?

2. Belum tersifatinya diri kita dengan sifat-sifat ahli syurga. Misalnya belum bisa memaafkan kesalahan orang, belum bisa sabar, belum taqwa, belum banyak berinfak baik saat kaya maupun saat miskin, dan masih belum yakin terhadap jaminan dan janji Allah SWT.

3. Belum berlabuhnya bahtera kerinduan dan kesenangan kita dilabuhan ibadah dan amal shalih. Terkadang kita masih menganggap ibadah sebagai beban sehingga kita berat untuk melaksanakannya. Dikatakan rindu dan senang beribadah adalah ketika melakukan ibadah dia tidak menghentikannya kecuali ada amal lain yang lebih tinggi nilainya di sisi Allah SWT.

Permasalahan kita hanya tiga persoalan tersebut diatas. Kalau tiga permasalahan itu selesai, selesailah semua permasalahan yang lain. Tiga permasalahan itu solusinya ada di dalam Al Quran. Ada doa yang Rasulullah SAW ajarkan pada Abdullah Ibnu Mas’ud:” Ya Allah, jadikanlah Al QuranMu yang agung menjadi musim bunga hati kami, penerang jiwa kami, pelipur letih lelah kami, penghilang gundah gulana kami, juga penuntun kami menuju Syurga-Mu, Syurga Jannatunna’im”.

Bahasa doa sifatnya pasti, kalam doa nilainya lebih tinggi. Namun kenapa kita baca Al Quran kadang tidak memperolah cahaya/petunjuk? Kenapa tidak jadi musim bunga dihati kita? Kenapa hadits doa tersebut belum menjadi kenyataan sehari-hari?

Al Quran sebagai petunjuk manusia bersifat cahaya sebagaimana cahaya matahari, cahaya tak pernah pilih kasih. Cahaya Al Quran juga tak pilih kasih memberi efek cahaya. Begitu pula Al Quran bisa memberi efek keindahan laksana taman bunga bagi semua orang. Namun tak semua orang bisa merasakan efeknya. Kenapa? Kalau orang memasuki taman bunga tidak bisa melihat keindahannya boleh jadi karena menutup mata. Kalau siang hari tak terkena cahaya matahari mesti introspeksi, boleh jadi kita tertutup pada naungan. Bersembunyi dalam gua misalnya atau berlindung dibawah atap. Ini ibarat ada yang menutupi hati kita.

Ada empat macam manusia dihadapan Al Quran:

1. Orang yang cahaya Al Qurannya diselimuti kabut tebal “amarah”/kebencian. Ini membuat petunjuk Al Quran itu tidak bisa menyingkap gelapnya kabut “amarah” yang menyelimuti. Dalam perjalanan hidup karena berebut kepentingan akhirnya menjadikan adanya kebencian antar sesama manusia. Dalam Al Quran surat al Hujurat ayat 10, Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara”. Menghayati ayat tersebut mestinya kita menganggap orang lain sebagai saudara kita sehingga tidak perlu berebut kepentingan, berbagi secara adil.

2. Orang yang cahaya Al Qurannya tertutup dengan “syahwat”/keinginan dunia. Syahwat dunia adalah segala keinginan dunia yang tidak ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati. Misalnya keinginan untuk nge -game apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Keinginan untuk nonton sinetron apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Keinginan untuk nonton bola apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Berinfak apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati?. Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 92 Allah SWT berfirman: “Kalian semua tidak akan masuk syurga sehingga kalian menginfakkan apa yang kalian sukai”. Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa kita tidak akan masuk syurga sehingga kita merelakan keinginan-keinginan yang bersifat duniawi. Menyukai segala hal yang perlu disukai memang boleh tapi tidak perlu berlebihan sehingga melupakan kenikmatan yang abadi.

3. Orang yang cahaya Al Qurannya tidak terhalang oleh amarah maupun syahwat. Ada kisah tentang seorang guru dan murid-muridnya yang bisa diambil pelajaran. Guru meminta murid-murid untuk mengingat-ingat siapa saja orang yang tidak disukainya dalam hidupnya selama ini. Murid murid diminta menuliskan setiap orang yang dibencinya pada sebuah kentang. Semakin banyak jumlah orang yang dibenci, semakin banyak pula kentang yang harus dikumpulkan. Ada yang memiliki jumlah kentang yang sedikit ada pula yang memiliki jumlah kentang yang banyak sehingga harus dimasukkan dalam karung sesuai jumlah orang yang dibencinya. Selanjutnya kentang-kentang itu harus mereka bawa kemanapun pergi. Bagi yang membawa kentang yang banyak mereka sangat merasa kesusahan ketika harus membawa kemanapun pergi meski hanya sehari. Sang guru memberi pelajaran kepada murid-muridnya bahwa ketika dalam diri kita masih menyimpan banyak amarah akan membebani perjalanan hidup kita sedang jika tak ada amarah maka tentunya akan ringan dalam berjalan.

4. Orang yang cahaya Al Qurannya tembus ke dalam hati. Nabi dan para sahabatnya menjadi teladan dalam hal ini. Ketika ayat berupa perintah dan larangan turun ke bumi, mereka merespon secepat kilat segera melaksanakan, taat pada anjuran Al Quran. Mereka sangat meyakini Al Quran.

Sebagian besar umat Islam masih masuk golongan yang pertama atau kedua lalu bagaimana supaya bisa masuk yang ketiga atau keempat atau minimal harus ketiga jika tidak mampu yang keempat? Dalam Al Quran surat Ya sin ayat kedua Allah SWT berfirman: “ Demi Al Quran yang penuh hikmah”. Al Quran banyak mengandung hikmah. Apa itu hikmah?. Hikmah adalah kebaikan yang tersimpan dibalik segala yang ada di semesta.

Untuk memahami kebaikan alam semesta ini perlu mengetahui hikmahnya. Artinya alam semesta ini tidak cukup bisa dipahami dengan ilmu saja. Ilmu kita tak mampu menjangkau seluruh alam semesta karena keterbatasan indera dan akal kita sehingga kita memerlukan petunjuk berupa hikmah yang terkandung dalam Al Quran. Hikmah itu sendiri adalah segala hal yang tidak bisa dipahami oleh akal, hanya bisa dipahami oleh hati. Hikmah dapat kita rengkuh dengan menyibak nafsu kebencian dan syahwat yang selama ini menyelimuti hati kita. Tabir nafsu hanya bisa kita sibak dengan kita melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang diingini oleh nafsu. Misalnya ada keinginan untuk nge-game lawan dengan milih baca buku atau materi-materi penting. Ingin nonton sinetron lawan dengan mencoba buat naskah sinetron sendiri yang bermutu dan lain sebagainya. Jika kita bisa membuka selimut hati maka segala hikmah akan mudah terbaca. Wallahu a’lam.

copaz>>msg ustdz Nasir haris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar