Islamic Widget

Selasa, 31 Agustus 2010

harapan di pucuk hati ....

disaat dia datang menggoda
hamba ga sanggup berpaling
rasa itu telah membuat hamba gelisah siang dan malam
tanpa memikirkan apapun
bayangannya selalu datang menhabtui
astagfirullah ada apa dengan hati ni
apakah Q jatuh cinta padanya
pada hambaMu Ya Rabb
tiap hari rasa itu semakin kencang menerpa
hingga suatu hari terperanjat hati ini
di malam yang dingin
gelap menyapa raga
hanya hamba yang doif ini dengan Mu ya Rabb
Q telah terpesona pada hamba Mu
yang mungkin saja bukan teman halal Q kelak
berdosa rasanya hamba telah berlarut nd bergelut
hingga terperosok pada malam-malam penuh tidak bermagna
hanya memikirkan hal yang belum tentu baix

kuatkan hamba dalam cobaan cinta ini
dunia,harta,jabatan atau lawan jenis
yang bikin gelisah...


wienbeelvy

>>Q potet Rindu yang tak bertunaz......

Harus jujur kuakui, sulit bagiku tuk definisikan kata rindu. Namun kuserahkan saja jemariku menari untuk menyulam beberapa kalimat agar mengungkapkan apa yang kuketahui tentang rindu itu sendiri.

Siapapun berhak memberikan pandangan tentang rindu. Aku berpikir, kata rindu itu sendiri bersifat umum. Dan akan benar-benar bermakna serta bersifat khusus sekiranya disertai obyek yang dirindu. Obyek tersebut bisa nyata ataupun abstrak tergantung subyek atau sosok yang sedang merindu.


Tak salah pula sekiranya kututurkan bahwa rinduadalah sebuah kata kerja bagi hati. Ia bukanlah kata kerja bagi anggotabadan yang walaupun anggota badan kerap kali tergerak untuk melakukansesuatu sebagai respon dari rindu itu sendiri..

Rasanya sulit jua bagiku memandang rindu sebagai sebuah "penyakit". Namun begitu, tak mudah pula kupandang rindusebagai reaksi jiwa yang "sehat". Bagaimana tak kuucap demikian,cobalah engkau rasakan atau bisa jadi detik ini sedang engkau rasakanletupan-letupan rindu yang bergejolak.


Percikan Rindu Di Sudut Hati

Awalnya, rindumungkin masih tak "liar" dan sedang terlelap nyenyak di sudut ruanghati. Seiring detik berdetak, pemiliknya sering tak tersadar, anginsejuk dari manakah yang jadikan rindu itu terbangun. Tak pula diketahui, mimpi manakah yang jadikan rindu itu tiba-tiba terjaga.


Seiringwaktu pula, rindu semakin bereaksi dan "mengamuk" serta berkecamukhebat di hati. Pada saat yang sama, terbisiklah telinga untuk segeramendengar hal-hal yang rindu inginkan. Tersapalah lidah untukberbicara. Terayulah mata untuk memandang. Tergodalah jiwa tuk rasakanhal-hal yang ingin dikenang.

Obati Rindu

Saat-saat seperti itulah kukatakan rindusebagai "penyakit". Walau tak bersifat medis, ia pula terkadangtimbulkan gejala-gejala lain yang menyebabkan si empunya terbaringsakit. Karena itu, sudah seharusnya rindu itu diobati. Dan hanya perjumpaanlah yang menjadi penawar sekaligus obat utamanya.


Potret-potret Rindu

Ada banyak potret-potret kerinduan yang bertaburan dalam kehidupan. Siapa yang tak pernah merindu, bisa dipastikan tak ada cinta yang ia semburatkan karena rindu tumbuh seiring suburnya tunas-tunas cinta.

***


Dulu,ketika engkau bayi dan ditinggal sebentar sang ibu, tangisanmu langsungmeledak dan serpihannya menusuk hati sang ibu. Terkumpul bermacam rindu darimu untuk ibu. Kau rindukan air susunya. Kau rindukan pelukan hangatnya. Kau rindukan suaranya. Kau rindukan belaian sayangnya.

Begitu pun sang ibu, pada saat yang sama, ia rindukan imut wajahmu. Ia rindukan candaanmu. Ia rindukan segalanya yang ada padamu.

***


Mari sejenak intip sang ayah yang sedang bekerja seharian di luar rumah. Di tengah fokusnya menyelesaikan tugas, rindu pun datang bertandang. Ia rindukan anak dan istri di rumah. Ia rindukan canda si kecil di beranda. Ia rindukan sentuhan lembut kekasih hati. Ia rindukan racikan masakan kesukaan yang selalu terhidang. Hati begitu ingin cepat pulang.

***


Seorang wanita pun begitu sensitif disapa oleh rindu.Karena tak tundukan pandangan atau tak menjaga etika syaribermu'amalah, wajah seorang laki-laki pun berhasil terekam melalui mata kemudian ditransfer dan tersimpan dalam pikirannya. Lelaki itu miliki titik-titik pesona dan mampu ditangkap sang wanita.

Itulah yang menjadikan sang wanita terbalut rindu penuh harap dalam alam lamunannya. rindu menjadikan telaga air matanya bergelombang riuh hingga terbulir bening bak kristal menyusuri pipi.

***


Terlebih lagi bagi mereka baik laki-laki maupun wanita yang diberikan hidayah oleh Allah untuk lepas dari hubungan tak jelas dan haram yang bernama pacaran. Datanglah rindu mencandai dua insan itu.Mereka kenang masa-masa "indah" yang telah berlalu. Syaitan pun beraksi untuk mengikis hidayah yang telah mereka raih. Ujung-ujungnya, kembali mereka jalin jalinan hingga dosa-dosa maksiat kembali tertabung.

***


Dan beberapa hari ini, salah satu kerinduan orang-orang beriman telah terobati dengan datangnya bulan Ramadhan. Tamuagung yang dinanti-nanti. Di bulan itulah orang-orang beriman menabung limpahan pahala dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas amal.Mendekati hari pertama puasa, rindu mereka memuncak. Sebelas bulan sudah berlalu dan pada saat itu mereka rindukan nikmatnya beribadah, mereka rindukan suasana berbuka puasa, mereka rindukan suasana sahur penuh berkah, dan pula, mereka rindukan tetesan-tetesan air mata kala berdoa dan bersujud di hadapan ar-rahman. ..


Baiklah, kutitip rindu buat anda semua. Semoga kan kita bersua di taman-taman surga. Amiin ya mustajiba sa ilin.

Penulis: Fachrian Almer Akiera

Ikan,burung dan manusia

Ada sebuah kisah tentang tiga orang pemuda yang sedang bermain-main di pinggir pantai. Mereka sedang menikmati suasana pantai yang sangat sejuk. Mereka pun tidak lupa menceburkan diri ke laut. Setelah dirasa cukup, mereka kemudian keluar dari air dan berjemur. Di tengah suasana pantai tersebut, ada seorang pemuda yang berucap, “Ah, alangkah nikmat jika kita menjadi ikan. Kita akan bisa berenang ke sana ke mari. Kita juga tidak akan pernah merasa gerah.”

Baru beberapa saat pemuda pertama berhenti berucap, pemuda kedua menimpali, “Alangkah enak juga tatkala kita bisa menjadi burung yang bisa terbang ke tempat yang sangat jauh. Kita pun bisa menikmati pemandangan terindah yang ada di dunia ini.”

Mendengar pernyataan kedua temannya, pemuda ketiga ikut berujar, “Kenapa kita tidak pernah mengatakan alangkah nikmat dan enak menjadi manusia? Bukankah Allah telah memberi kita potensi yang tidak diberikan kepada kaum burung ataupun kaum ikan? Ya, memang kita tidak bisa terbang laksana burung. Akan tetapi, dengan menggunakan segenap kemampuan, kita bisa membuat pesawat atau alat-alat lain yang bisa membawa kita terbang laksana burung. Bukankah dalam pesawat kita bisa makan, berpikir, merenung, bahkan tidur? Coba kita bayangkan, berapa banyak burung yang bisa makan, tidur dan merenung saat dia terbang? Atau, jangan-jangan tidak ada.”

“Sama juga dengan angan-angan menjadi ikan,” tambah pemuda ketiga ini. “Kenapa kita tidak mengatakan betapa nikmat dan indah menjadi manusia. Seekor ikan tidak pernah bisa melihat daratan dan juga tidak bisa melanglang buana mengarungi angkasa. Jika pun mampu melihat dan dapat hidup di daratan, ikan tidak akan mampu bertahan lama.”

“Sebaliknya, kita sebagai manusia hampir bisa melakukan hal yang dilakukan oleh kaum ikan, meski tidak semuanya. Adapun kaum burung dan kaum ikan sendiri tidak bisa melakukan hal yang kita lakukan. Jadi, kenapa kita tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita?”

Setelah berkata demikian, pemuda ini menoleh ke arah kedua temannya. Ternyata, kedua teman disampingnya ini sejak tadi memperhatikan dan mendengarkan kata-katanya. Tidak lama kemudian, kedua pemuda ini pun menganggukkan kepala tanda mengamini pendapat dan penjelasn pemuda ketiga ini.

Sahabat, kita sering memiliki persepsi dan paradigma seperti pemuda pertama dan kedua di atas. Sebaliknya, banyak dari kita yang tidak memiliki pemikiran seperti pemuda yang ketiga. Betul kata pemuda ketiga ini. Bukankah karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia, kepada kita, begitu besar dan sangat banyak? Sebenarnya, pertanyaan yang paling pantas untuk diajukan adalah bukan alangkah enak menjadi ikan atau burung, tetapi sudah sejauh mana potensi yang kita miliki dimaksimalkan?

Allah memberi kita banyak sekali potensi. Permasalahannya, sudahkah pusparagam potensi tersebut kita kembangkan? Sahabat, kehidupan ini sangat singkat. Jika potensi-potensi tersebut tidak kita maksimalkan, kesia-siaanlah yang kita dapatkan. Padahal, jika kita kembangkan dan maksimalkan potensi-potensi tersebut, kita bahkan akan lebih baik daripada burung ataupun ikan.

Sahabat, kita adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Sangat banyak kemuliaan yang diberikan kepada kita. Jadi, mengapa kita hanya ingin seperti burung, ikan, atau yang lain? Mari kita mensyukuri karunia dan nikmat yang Allah berikan. Mari kita mengoptimalkan fungsi otak, tangan, kaki, dan hati kita. Semua karunia itu Allah jadikan sebagai bekal kita dalam menapaki kehidupan ini. Tapak-tapak kearifan akan bisa kita petik dengan pengoptimalan karunia sekaligus potensi-potensi tersebut.

Jadi, apa yang kita tunggu Sahabat?

Istimewahnya wanita

"...Wahai pena..! Titiplah salam kami teruntuk kaum wanita. Tak usah jemu kau kabarkan bahwa mereka adalah lambang kemuliaan. Sampaikanlah bahwa mereka adalah aurat ..."



Adakah alasan bagi wanita muslimah untuk tidak brjilbab?

Adakah alasan syar’i bagi mereka untuk memampang foto-foto mereka di dunia maya?

Tidakkah mereka sadar bahwa foto-foto mereka dikoleksi tangan-tangan jahil?

Banggakah mereka menanggung dosa mata-mata yang memandang?

Tidakkah mereka sadar bahwa syaitan bangga dan terbahak-bahak dengan apa yang mereka lakukan?

Maukah mereka mencium harum wewangian surga?

Duh, Kasihan mereka yang mengatakan “mau”..

Rambut mereka terurai..

Leher. . .

Lengan tangan. .

Dada,.

mereka menampakkan keelokan wajah dan titik-titik pesona tubuh di hadapan laki-laki non mahram. mereka menampakkan betis, lengan, kepala dan rambut. mereka keluar rumah dengan dandanan memikat dan mengundang fitnah.mereka pampang foto-foto di dunia maya ini terlebih dengan senyuman menggoda. mereka memoles Senyum dan wajah-wajah mengundang fitnah. .



Apa yang mereka inginkan??

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” [HR. Muslim no. 2128, dari Abu Hurairah



] نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَرِيحُهَا يُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ خَمْسِ مِائَةِ عَامٍ “..wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mendapati aromanya. Padahal aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun..” [HR. Imam Malik dalam al-Muwaththa’ riwayat Yahya Al Laits, no. 1624]



Sadarkah mereka bahwa lelaki-lelaki beriman tidak meridhai apa yang mereka lakoni?

Tak sadarkah mereka bahwa lelaki berhati serigala tengah mengaung bergembira dengan apa yang mereka pajang?

Untuk sholat maka diwajibkanlah wudhu terlebih dahulu. Apakah berhijab membutuhkan hati yang bersih terlebih dahulu?Justru hijab lah yang akan membersihkan hati pemiliknya maupun hati yang memandangnya. .



Tidakkah mereka sadar bahwa maut selalu mengintai? Ingin dikatakan cantik?

Semua wanita itu cantik. Tak perlu diucapkan. Tapi baiklah akan kami katakan kepada mereka.

“Engkau cantik, kawan”

Puas kah?

Gembira kah?

Riang kah?

Menyuburkan keimanan kah?

Menambah level ketakwaan kah?

Meningkatkan kapasitas keilmuan kah?

Sayangnya itu adalah ungkapan gombal yang basi nan memuakkan. Namun bisa membuat mereka terbang ke dunia hayal.



Wahai pena, . . .

Titiplah salam kami teruntuk kaum wanita. Tak usah jemu kau kabarkan bahwa mereka adalah lambang kemuliaan. Sampaikanlah bahwa mereka adalah aurat. Berilah pengertian bahwa salah satu definisi aurat adalah bagian-bagian yang jika tersingkap atau terbuka maka timbullah gejolak rasa malu bagi pemiliknya. Artinya ketika mereka menampakkan aurat di dunia nyata maupun maya maka mereka telah mencabik rasa malu yang ada di hati. Hancurlah sudah bangunan kemuliaan itu.



Berilah kabar gembira kepada kaum hawa bahwa surga itu lebih luas daripada langit dan bumi. Mereka harus berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebagaimana mereka, kami pun merasakan ujian kehidupan. Karena itu, ajaklah mereka untuk menetapi kesabaran. tentu sabar di dunia lebih ringan daripada sabar dalam menahan siksaan di neraka.



Bisikkan pula, selain Maha Pengampun, Allah juga Maha dahsyat siksaannya. Di dalam neraka, Allah memiliki pengawal-pengawal baik dari golongan malaikat maupun ular yang siap menyiksa hebat kaum-kaum yang ingkar.



Sampaikan untaian nasehat kami agar mereka mempelajari tauhid yang benar, aqidah yang shahih, belajar tentang halal dan haram dan mengetahui kewajiban-kewajiban mereka sebagai wanita mulia dalam islam. .



Sekiranya hati mereka luluh akan nasehat kami maka itulah kebaikan bagi mereka. Kami berdo’a semoga mereka dimudahkan dalam memahami dan menjalankan syariat islam yang indah dan paripurna ini. Tidaklah kami mengharap balasan atas apa yang kami atau pun mereka lakukan.



Sekiranya mereka enggan nan sombong lagi angkuh maka sekali lagi kabarkanlah mereka bahwa adzab Allah amat pedih lagi dahsyat. .



Wahai jemari dan lisan kami.

Jadilah engkau saksi kelak di hadapan Allah bahwa kami telah menasehati wanita-wanita kami.



Wallahu a’lam. Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.



Mataram_di pagi nan sejuk, sesejuk hati, ilmu dan akhlak orang-orang beriman.

Penulis: Fachrian Almer Akiera as-Samawiy

Jiwa yng menjadi obat

Ulama besar itu sedang jatuh sakit. Parah. Seluruh tubuhnya terasa payah. Persendiannya ngilu dan tulang-tulangnya kaku. Dia hanya bisa tergolek di atas tempat tidur, tak kuasa bergerak dan beranjak sedikit pun dari sana. Namun kondisinya yang sangat lemah itu, tak juga menyurutkan semangatnya untuk terus berbagi ilmu, membaca dan menelaah buku-buku, serta berdisukusi dengan murid-muridnya.

Dokter yang didatangkan untuk mengobatinya, pun begitu prihatin melihat keadaannya. Setelah memeriksanya, dokter itu berkata, “Aktifitas Anda yang banyak membaca dan berdisukusi tentang ilmu, telah membuat sakit Anda semakin berat.”

“Tapi, aku tidak bisa bersabar untuk melakukan itu. Akan aku buktikan sesuai dengan ilmu Anda. Bukankah jiwa itu jika bisa merasakan kebahagiaan, ketenangan dan kenyamanan, maka perasaan itu akan mampu menyembuhkannya dari penyakit?” kilahnya dengan nafas sedikit tersengal.
“Tentu,” jawab sang dokter singkat.
“Jiwaku akan merasa senang jika ia bisa berinteraksi dengan ilmu,” tambahnya memberi alasan.

Tak beberapa lama, dengan tetap menuruti kata hatinya untuk terus membaca, ulama besar itu pun kembali sehat seperti sedia kala. Dia mengobati sakitnya dengan membaca. Melihat keadaannya yang membaik, dokter yang pernah merawat dan menasehatinya, hanya bisa berkata, “Ini di luar terapi yang biasa kami berikan.”

Ulama besar tersebut tak lain adalah Ibnu Taimiyah; sosok yang semasa hidupnya sangat lekat dengan kesederhanaan, kemiskinan, dan penjara, tetapi tetap ceria dan selalu bersahaja. “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih merasakan kenikmatan hidup dari pada Ibnu Taimiyah. Meskipun hidupnya dalam kesederhanaan, kemiskinan, tahanan dan di bawah ancaman, tetapi ia adalah orang yang paling lapang dadanya, sehingga wajahnya selalu terlihat berseri-seri,” tutur salah seorang muridnya, Ibnu Qayim Al-Jauziyah, menceritakan tentang pribadinya.

Sahabat,
Kisah diatas mengingatkan kita akan berbagai persoalan hidup yang menghimpit, namun kita lupa bahwa ternyata penawarnya sangat dekat dengan kita. Acapkali keluhan terlontar atas ujian berupa penyakit yang tak kunjung sembuh, kemiskinan, permasalahan yang mendera dan berbagai hal yang akhirnya kita berputus asa.

Kesabaran, tawakkal pada Allah dan keyakinan pada Allah SWT semestinya menjadi kekuatan jiwa ini. sekali lagi kalimat yang terungkap oleh Ibnu Taimiyah: " Bukankah jiwa itu jika bisa merasakan kebahagiaan, ketenangan dan kenyamanan, maka perasaan itu akan mampu menyembuhkannya dari penyakit?”
Wallahu a'lam Bisshawwab

copaz>>msg kisah motifasi

Hijab

Angin keterbukaan yang bertiup kencang di era reformasi menyebabkan medan dakwah menjadi sangat berbeda dengan dakwah di zaman Soeharto berkuasa. Ketika Soeharto sedang berada di zaman emasnya, scope dakwah sangat terbatas. Dakwah dilakukan door to door. Dakwah kepada masyarakat luas hanya moment-moment tertentu, dengan topik yang cukup umum. Para ulama tidak bisa menyentil atau secara tidak langsung mengkritisi pemerintah dalam ulasan ceramahnya, jika tidak ingin ’hilang malam’ segera setelah menyelesaikan isi pidatonya.

Dakwah hari ini cukup kontroversi dengan situasi di atas. Peluang yang terbuka lebar di sana-sini, memungkinkan aktivis dakwah untuk tampil tanpa ragu-ragu. Forum-forum yang mengusung panji Islam bermunculan, bacaan Islami menjamur, organisasi Islam berdiri sampai ke panggung politik nasional, bahkan seni Islam seperti lagu nasyid juga tidak ketinggalan. Singkatnya, dakwah tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi. Intensitas pertemuan Ikhwan-Akhwat pun tidak dapat dihindari. Namun apakah mereka turut mereformasi hijabnya seiring dengan tuntutan zaman? Mengadakan pertemuan tanpa hijab (tabir pembatas ruangan laki-laki dan perempuan), sering menelepon membahas agenda urgent untuk syuro (baca: rapat) selanjutnya, mengirim sms, miscall untuk mengingatkan jam syuro sudah dimulai, e-mail dan sarana telekomunikasi lainnya telah menjadi corak yang mewarnai pergaulan Ikhwan-Akhwat. Jika kelonggaran ini terus merambat maka dikhawatirkan aktifitas dakwah akan kehilangan keistimewaan yang mesti dimilikinya. Jika sudah demikian, lalu apa bedanya kita dengan yang lain?.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya hijab di kalangan aktivis dakwah:

Pertama, pemahaman. Walaupun telah dipenuhi atribut sebagai aktivis, masih banyak yang belum faham tentang hijab itu sendiri. Demikian juga norma-norma yang lain. Banyak di antara mereka yang ’tersandung’ terlebih dahulu baru kemudian benar-benar memahami urgensi hijab bagi perjalanan dakwah yang sedang diperjuangkan. Kendati pemahaman dapat diasah melalui bacaan, pengalaman memang lebih mengena ke sanubari orang yang mengalaminya.

Kedua, ukhuwah yang mandeg di tengah mereka. Ukhuwah sesama Akhwat yang renggang menyebabkan seorang Akhwat lebih suka curhat kepada seorang Ikhwan. Atau sebaliknya, karena sibuk menghandle beberapa kegiatan, akhirnya kurang arif melihat bahwa di antara sesama Ikhwan ada yang sedang mengalami masalah prbadi. Kadang-kadang kecenderungan yang terjadi lebih ke lawan jenis daripada kepada sesamanya. Fenomena inilah yang harus disikapi lebih awal. Ikatan hati antara Akhwat dengan sesama Akhwat, dan Ikhwan dengan sesama Ikhwan harus diperkuat.

Ketiga, kurang kontrol, baik dari murabbi atau dari dewan syuro lembaga dakwah kampus. Seringkali yang muncul adalah komentar-komentar tanpa solusi konkrit. Tidak jarang pula karena tidak ada rujukan yang benar-benar dapat dijadikan teladan. Hal ini cukup dilematis bagi aktivis yang berstatus junior yang ingin proaktif.

Ketika rambu-rambu pribadi kita agak redup, ada beberapa sikap yang semakin menjerumuskan kita dari penjagaan hijab ini. Boleh jadi tindakan ini telah sering kita lakukan, secara lambat laun membuat hijab kita semakin terkontaminasi. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pandangan.
Pandangan merupakan langkah awal yang biasa digunakan syetan untuk merusak hati seorang laki-laki atau seorang perempuan terhadap lawan jenisnya. “Dari mata turun ke hati“ bukanlah sekedar pameo. Karena itu Rasulullah Saw melarang Ali bin Abi Thalib memandang seorang perempuan untuk kedua kalinya sebab ia merupakan anak panah syetan. Allah pun telah mengingatkan dalam Surah An Nuur : 30, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.“

2. Senyuman.
Senyuman memang merupakan sedekah yang paling mudah dan paling murah. Senyuman akan bermakna positif pada orang yang tepat, pada saat yang tepat dan dalam durasi waktu yang tepat pula. Namun maknanya akan terasa berbeda jika senyuman itu diberikan pada lawan jenis dengan tatapan mata yang penuh arti dan frekuensi yng cukup sering.

3. Ucapan.
Komunikasi memang sangat diperlukan antar sesama aktivis dakwah. Perlu digaris bawahi agar perkataan yang terlontar dalam pembicaraan agenda dakwah tidak menyinggung hal-hal personal apalagi bersifat sensitif. Ucapan akan mengundang makna implisit jika diekspresikan dengan penuh perasaan. Ucapan kita akan terpengaruh jika dibawa bercanda, menghibur atau bersimpati pada lawan jenis. Karena bahaya lidah tak bertulang inilah maka Rasulullah Saw menyebutkan dalam salah satu haditsnya agar kita senantiasa berbicara yang baik atau lebih baik diam.

4. Kunjungan.
Salah satu cara mempererat silaturahim adalah dengan mengunjungi saudara. Dengan demikian ukhuwah akan semakin kuat dan harmonis. Namun kunjungan antara pria dan wanita dapat berdampak lain. Terkadang kunjungan dibuat dengan cover meminjam catatan, diskusi tentang tugas akhir semester, follow up syuro yang tidak sempat dibahas di kampus, konsultasi keislaman dan banyak topeng lainnya. Perlahan-lahan kunjungan formal ini menjadi kunjungan yang lebih bersifat prifacy.

5. Hadiah.
“Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai“, sabda Rasulullah Saw. Trik ini sangat bagus digunakan untuk menambah kehangatan persahabatan antar sesama Akhwat atau sesama Ikhwan seperti dalam acara tukar kado atau Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Tidak sedikit pula kita menyalah artikan pemberian ketika hadiah itu berasal dari lawan janis. Kemudian timbul perasaan ge-er yang membuka pintu-pintu rusaknya hati, karena tipisnya tameng untuk itu.

Sadar atau tidak, tindakan di atas adalah rangkaian pintu masuk syetan yang merupakan bagian dari langkah-langkah syetan untuk menjauhkan kita dari ridho Allah Swt. Kita harus senantiasa mawas diri bahwa dari setiap aliran darah ini musuh kita laknatullah tersebut akan selalu mengintai peluang untuk melengahkan kita. Terlepas kepada siapa kita melakukannya, orang yang faham atau orang yang awam. Seperti yang ditegaskan Allah dalam al-Quran Surah al-Baqarah: 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara menyeluruh. Janganlah kamu menuruti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.“

Untuk membentengi diri dari godaan ini, ada tiga penguasaan yang harus kita miliki.
Pertama, penguasaan ilmu. Keimanan perlu ditopang dengan ilmu. Mengetahui ilmu tidak cukup hanya sekedar mengenal sebab, yang lebih penting adalah memahaminya. Sesungguhnya dengan mengunakan jilbab syar’i seorang Akhwat telah membuat perisai untuk dirinya yang menunjukkan izzah seorang Muslimah. Dari penampilan fisik saja sebenarnya kita telah menghijabi diri dari kemungkinan berbuat di luar jalur. Masih banyak ilmu-ilmu lainnya yang harus digali untuk semakin meningkatkan kualitas diri seorang Muslim. Ilmu bisa datang dari mana saja, siapa saja dan kapan saja, selagi kita menguatkan azzam dan meluruskan niat bahwa kita menuntut ilmu dalam rangka beribadah kepada Allah Swt, “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat“ (Q.S. Al Mujadalah : 11).

Kedua, penguasan ma’nawi. Seorang yang faham dengan sesuatu belum tentu komit dengan pengetahuannya. Dia harus berlatih mengendalikan hawa nafsunya di bawah kendali iman. Begitu juga halnya dengan pemahaman seorang aktivis harokah, bisa saja luntur ketika keimanannya memudar. Pengetahuannya tentang etika pergaulan pria dan wanita menjadi redup, seredup cahaya imannya. Salah satu obatnya adalah dengan membasahi rohaninya yang kering dengan istighfar dan dzikrullah. Harus selalu dicamkan dalam hati bahwa kita menjaga diri ini tidak mengenal lingkungan di mana kita berada. Sejatinya, kemanapun kita melangkah, seiring dengan bertambahnya ilmu, orang ammah (umum) dapat melihat niai-nilai Islami tersebut terpancar dari tingkah polah kita. Normal jika tidak sedikit yang berbuat khilaf di tengah usahanya memperbaiki diri. Kewajiban kita adalah selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.

Ketiga, penguasaan aplikasi. Penguasan ilmu dan stabilitas ma’nawiyah belum cukup sempurna jika respon-respon gerak belum tumbuh. Seorang aktivis yang menguasai ilmu akan memberikan reaksi yang tepat terhadap aksi-aksi yang muncul di sekitarnya serta mampu memberikan input bagi lingkungannya. Ia tidak reaksioner terhadap aksi-aksi negatif serta lebih bijaksana menyikapi suatu tantangan dari berbagai sudut pandang. Pola pikir yang broad-mainded ini akan kelihatan manfaatnya ketika ia mengambil keputusan dalam pergaulan sesama. Ia tidak akan cepat ge-er dan tidak akan membuat ge-er orang lain. Wibawanya sebagai seorang Muslim tetap terjaga.

Jadi seorang aktivis dakwah yang telah mempunyai penguasaan materi keilmuan (kognitif), kestabilan ma’nawi (afektif) dan penguasaan gerak amal (evaluatif) akan terjaga komitmennya terhadap tarikan-tarikan buruk. Seyogyanya, dengan pemahaman ini, eksistensi hijab tidak mengurangi kinerja aktivis dalam gerak organisasinya. Program-program dakwah dapat direalisasikan jika Ikhwan-Akhwat saling bersinergi, yang ditunjang dengan ukhuwah yang kental. Sangat diharapkan, lembaga dakwah kampus mampu mengenjot potensi kader-kadernya terutama yang berada di posisi kunci. Sehingga dapat menyelesaikan kerja-kerja dakwah dengan optimal yang hasilnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya komunitas Ikhwan-Akhwat atau civitas akademika saja. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui tetapi lebih mengingatkan kita semuanya. Karena tentunya kita tidak ingin menjadi manusia yang merugi. Allah telah berfirman dalam al-Quran Surat al’Ashr: 1-3, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran“. Wallahu’alam.

copaz>>msg Never ending tarbiyah

Apapun masalahnya Al-Quran solusinya

Seiring tahun baru, perputaran matahari yang terus bergerak sesuai kehendakNYA memberi terang benderang bumi pada siang hari, teknologi pun terus maju. Ketika kita tidak bisa mengikutinya kadang membuat pikiran kita tidak terang, menyikapinya perlu dengan hati tenang, boleh jadi teknologi kita perlu diganti. Permasalahan yang menyelimuti bumi perlu dicari.

Pada prinsipnya, prinsip seorang muslim, apapun permasalahannya Al Quran solusinya. Dengan memegang prinsip ini takkan membuat diri kita drop, lemah, lesu, putus asa bahkan hingga bunuh diri ketika menghadapi masalah. Hanya saja kadang kita merasa tidak menemukan solusinya di dalam Al Quran. Jika ini terjadi mungkin karena kita tidak memahami permasalahan itu.

Banyak orang menganggap punya permasalahan padahal itu bukan permasalahannya. Di sisi lain ada yang tidak mempermasalahkan bahwa itu adalah masalah. Tidak punya uang? Masalah? Ada permasalahan yang tidak perlu dipermasalahkan jadi bisa diabaikan saja. Lawan Jenis? Permasalahan? Permasalahan itu akan berlarut jika dipikirkan terus apalagi jika pikirannya sangat jauh antara idealisme dengan realitas. Kita harus memahami mana yang perlu dipersoalkan dan mana yang tidak perlu dipersoalkan.

Ada 3 permasalahan yang harus dipermasalahkan. Diluar 3 masalah ini, mempermasalahkannya hanya akan menghabiskan potensi dan energi sia-sia. Permasalahan itu adalah permasalahan yang harus kita selesaikan sebelum hidup berakhir.

1. Belum tertunaikannya yang wajib dan yang sunnah dalam hidup kita. Misalnya shalat kita belum sempurna dalam pelaksanaannya baik yang wajib maupun yang sunnah, masih menunda-nunda waktu shalat, mungkin juga tidak khusyu dalam shalatnya. Baca Qurannya? Bagaimana menutup aurot kita?

2. Belum tersifatinya diri kita dengan sifat-sifat ahli syurga. Misalnya belum bisa memaafkan kesalahan orang, belum bisa sabar, belum taqwa, belum banyak berinfak baik saat kaya maupun saat miskin, dan masih belum yakin terhadap jaminan dan janji Allah SWT.

3. Belum berlabuhnya bahtera kerinduan dan kesenangan kita dilabuhan ibadah dan amal shalih. Terkadang kita masih menganggap ibadah sebagai beban sehingga kita berat untuk melaksanakannya. Dikatakan rindu dan senang beribadah adalah ketika melakukan ibadah dia tidak menghentikannya kecuali ada amal lain yang lebih tinggi nilainya di sisi Allah SWT.

Permasalahan kita hanya tiga persoalan tersebut diatas. Kalau tiga permasalahan itu selesai, selesailah semua permasalahan yang lain. Tiga permasalahan itu solusinya ada di dalam Al Quran. Ada doa yang Rasulullah SAW ajarkan pada Abdullah Ibnu Mas’ud:” Ya Allah, jadikanlah Al QuranMu yang agung menjadi musim bunga hati kami, penerang jiwa kami, pelipur letih lelah kami, penghilang gundah gulana kami, juga penuntun kami menuju Syurga-Mu, Syurga Jannatunna’im”.

Bahasa doa sifatnya pasti, kalam doa nilainya lebih tinggi. Namun kenapa kita baca Al Quran kadang tidak memperolah cahaya/petunjuk? Kenapa tidak jadi musim bunga dihati kita? Kenapa hadits doa tersebut belum menjadi kenyataan sehari-hari?

Al Quran sebagai petunjuk manusia bersifat cahaya sebagaimana cahaya matahari, cahaya tak pernah pilih kasih. Cahaya Al Quran juga tak pilih kasih memberi efek cahaya. Begitu pula Al Quran bisa memberi efek keindahan laksana taman bunga bagi semua orang. Namun tak semua orang bisa merasakan efeknya. Kenapa? Kalau orang memasuki taman bunga tidak bisa melihat keindahannya boleh jadi karena menutup mata. Kalau siang hari tak terkena cahaya matahari mesti introspeksi, boleh jadi kita tertutup pada naungan. Bersembunyi dalam gua misalnya atau berlindung dibawah atap. Ini ibarat ada yang menutupi hati kita.

Ada empat macam manusia dihadapan Al Quran:

1. Orang yang cahaya Al Qurannya diselimuti kabut tebal “amarah”/kebencian. Ini membuat petunjuk Al Quran itu tidak bisa menyingkap gelapnya kabut “amarah” yang menyelimuti. Dalam perjalanan hidup karena berebut kepentingan akhirnya menjadikan adanya kebencian antar sesama manusia. Dalam Al Quran surat al Hujurat ayat 10, Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya mukmin itu bersaudara”. Menghayati ayat tersebut mestinya kita menganggap orang lain sebagai saudara kita sehingga tidak perlu berebut kepentingan, berbagi secara adil.

2. Orang yang cahaya Al Qurannya tertutup dengan “syahwat”/keinginan dunia. Syahwat dunia adalah segala keinginan dunia yang tidak ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati. Misalnya keinginan untuk nge -game apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Keinginan untuk nonton sinetron apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Keinginan untuk nonton bola apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati? Berinfak apakah ada manfaatnya untuk hidup sesudah mati?. Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 92 Allah SWT berfirman: “Kalian semua tidak akan masuk syurga sehingga kalian menginfakkan apa yang kalian sukai”. Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa kita tidak akan masuk syurga sehingga kita merelakan keinginan-keinginan yang bersifat duniawi. Menyukai segala hal yang perlu disukai memang boleh tapi tidak perlu berlebihan sehingga melupakan kenikmatan yang abadi.

3. Orang yang cahaya Al Qurannya tidak terhalang oleh amarah maupun syahwat. Ada kisah tentang seorang guru dan murid-muridnya yang bisa diambil pelajaran. Guru meminta murid-murid untuk mengingat-ingat siapa saja orang yang tidak disukainya dalam hidupnya selama ini. Murid murid diminta menuliskan setiap orang yang dibencinya pada sebuah kentang. Semakin banyak jumlah orang yang dibenci, semakin banyak pula kentang yang harus dikumpulkan. Ada yang memiliki jumlah kentang yang sedikit ada pula yang memiliki jumlah kentang yang banyak sehingga harus dimasukkan dalam karung sesuai jumlah orang yang dibencinya. Selanjutnya kentang-kentang itu harus mereka bawa kemanapun pergi. Bagi yang membawa kentang yang banyak mereka sangat merasa kesusahan ketika harus membawa kemanapun pergi meski hanya sehari. Sang guru memberi pelajaran kepada murid-muridnya bahwa ketika dalam diri kita masih menyimpan banyak amarah akan membebani perjalanan hidup kita sedang jika tak ada amarah maka tentunya akan ringan dalam berjalan.

4. Orang yang cahaya Al Qurannya tembus ke dalam hati. Nabi dan para sahabatnya menjadi teladan dalam hal ini. Ketika ayat berupa perintah dan larangan turun ke bumi, mereka merespon secepat kilat segera melaksanakan, taat pada anjuran Al Quran. Mereka sangat meyakini Al Quran.

Sebagian besar umat Islam masih masuk golongan yang pertama atau kedua lalu bagaimana supaya bisa masuk yang ketiga atau keempat atau minimal harus ketiga jika tidak mampu yang keempat? Dalam Al Quran surat Ya sin ayat kedua Allah SWT berfirman: “ Demi Al Quran yang penuh hikmah”. Al Quran banyak mengandung hikmah. Apa itu hikmah?. Hikmah adalah kebaikan yang tersimpan dibalik segala yang ada di semesta.

Untuk memahami kebaikan alam semesta ini perlu mengetahui hikmahnya. Artinya alam semesta ini tidak cukup bisa dipahami dengan ilmu saja. Ilmu kita tak mampu menjangkau seluruh alam semesta karena keterbatasan indera dan akal kita sehingga kita memerlukan petunjuk berupa hikmah yang terkandung dalam Al Quran. Hikmah itu sendiri adalah segala hal yang tidak bisa dipahami oleh akal, hanya bisa dipahami oleh hati. Hikmah dapat kita rengkuh dengan menyibak nafsu kebencian dan syahwat yang selama ini menyelimuti hati kita. Tabir nafsu hanya bisa kita sibak dengan kita melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang diingini oleh nafsu. Misalnya ada keinginan untuk nge-game lawan dengan milih baca buku atau materi-materi penting. Ingin nonton sinetron lawan dengan mencoba buat naskah sinetron sendiri yang bermutu dan lain sebagainya. Jika kita bisa membuka selimut hati maka segala hikmah akan mudah terbaca. Wallahu a’lam.

copaz>>msg ustdz Nasir haris

Senin, 16 Agustus 2010

KehidUpaN...

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Teruslah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu (KH Rahmat Abdullah).”

“Ada 2 hal yang mesti kita ingat: Kebaikan orang lain sama kita dan keburukan kita sama orang lain. Tapi ada 2 hal yang mesti kita lupakan, kebaikan kita pada orang lain dan keburukan orang lain pada kita.

“Hidup itu Kumpulan mozaik-mozaik kisah yang bila waktunya tiba akan terkumpul membentuk apa yang kita sebut kehidupan. Mozaik-mozaik itu ditemukan dari berkelana ke segala penjuru bumi. Kita tak dapat selalu mempercepat apa yang seharusnya tertunda, namun yakinlah rahasia Allah & kepastiannya akan indah pada waktunya.”

“Allah tidak membebaniseseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…(Q.S. Al-Baqarah: 286)….Semoga di pagi hari yang cerah ini, Allah memberikan kemudahan bagi dirimu wahai daudara/i ku untuk tetap istiqomah di jalan-Nya. You will neverwalk alone. Innallaha ma’ana, because Allah always with us. Semangat.. Allahu Akbar.”

“Allah menguji keikhlasan kita dalam kesendirian. Allah memberikan kedewasaan saat masalah berdatangan. Allah melatih ketegaran kita dalam setiap cobaan. Semakin sulit masalah, maka semakin terbuka pintu kemudahan. Sebagaimana semakin gelap malam, cahaya pagi semakin memancarkan sinarnya. Keep On Spirit!

“Wilayah kerja adalah lingkaran realitas, sedangkan wilayah peluang adalah ruang keserbamungkinan. Semakin luas pijakan kaki kita dalam lingkaran kenyataan, semakin besar kemampuan kita mngubah kemungkinan menjadi kepastian, mengubah peluang menjadi pekerjaan, mengubah mimpi menjadi kenyataan.(Anis Matta)

“Kuberi satu rahasia padamu kawan…. Buah paling manis dari bermimpi adalah kejadian-kejadian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya.(Andrea Hirata-Maryamah Karpov)”

“Tanda-tanda keimanan:1.. Mencintai kebaikan untuk orang lain seperi ia mencintai kebaikan untuk dirinya begitupun sebaliknya dengan keburukan…..2. Mengingatkan orang lain jika lalai dan senang dinasehati jika ia lalai…..3. Memberi maaf pada orang lain yang menzhaliminya seperti ia ingin dimaafkan jika berbuat salah pada orang lain…..4. Memenuhi hak orang lain…..5. Membantu orang lain yang butuh bantuan, seperti ia ingin dibantu jika dalam kesusahan…..6. Menjaga ukhuwah dengan saudaranya sebagaimana ia tidak suka jika orang lain memutuskan hubungan dengannya…..7. Toleransi dengan kekurangan orang lain sebagaimana ia ingin dimaklumi akan kekurangannya.”

“Sesungguhnya tak ada jalan lain, kecuali kehidupan ini harus dilalui ‘tuk menuju surga. Tampilannya seperti ujian, tapi isinya rahmat dan kenikmatan. Berapa banyak kenikmatan yang sungguh besar baru diperoleh setelah melalui ujian. Senoga segala amanah ini menjadi jalan menuju surga.”

“Sekali lagi…Amanah terembankan pada pundak yang semakin lelah. Bukan sebuah keluhan, ketidakterimaan..keputusasaan! Terlebih surut ke belakang. Ini adalah awal pembuktian..Siapa diantara kita yang beriman. Wahai diri sambutlah seruanNya…Orang-orang besar lahir karena beban perjuangan…Bukan menghindar dari peperangan.(K.H. Rahmat Abdullah).”

“Memang di kehidupan ini tidak ada yang pasti, tetapi kita harus berani memastikan dan memperjuangkan apa-apa yang akan kita raih! Karena sesungguhnya, cita-cita yang tinggi tidak menjamin seseorang dapat meraih kesuksesan. Tapi…orang yang sukses pasti mempunyai cita-cita yang tinggi…Semangat!”

“Jadilah seperti air yang suci lagi mensucikan, bergerak untuk menghidupkan, mengalir untuk kebaikan, memancar dengan kekuatan, dikelola menjadi energi bagi kehidupan. Selamat berjuang dan terus belajar memaknai kehidupan. Moga bias lebih baik, memberi yang terbaik, mendapatkan dan menjadi yang terbaik.”

“….Seorang hebat akan memunculkan kehebatan yang lebih besar jika ia bertemu dengan orang hebat lainnya. Individu cerdas akan melahirkan kecerdasan yang luar buasa gemilang jika ia bekerja sama dengan individu cerdas lainnya. Tapi ternyata orang hebat yang satu tak mudah dipertemukan dengan orang hebat lainnya. Lalu potensi kehebatan ini seperti daun kering, gugur dari pohon lalu berserakan. Maka peran organisasi adalah mengumpulkan daun-daun yang berserak, menggabungkan kecerdasan terpendam dari individu-individu yang ada di dalamnya…(Anis Matta).

¨Saudaraku, dapun orang yang menuntut ilmu maka selalu bertambah diridhoi Allah, sedangkan orang yang hanya mengejar dunia, maka bertambah kesesatannya. Ilmu itu penuntun amal & ilmu itu diberikan Allah kepada orang-orang yang akan bahagia dan diharamkan dari orang-orang yang celaka dan rugi….¨

“Seorang pejuang sejati tidak pernah mengenal kata akhir dalam perjuangannya. Ia tidak memerlukan gemuruh tepuk tangan, tidak akan lemah karena cacian dan tidak akan bangga dengan penghargaan.”

“Manusia hanyalah segenggam tanah. Kehormatan dan kemuliaan apapun yang diterima manusia berasal dari Tuhan. Dia memberi bukan karena kau sujud pada-Nya, tapi karena kedermawanan-Nya. Dia memberi bukan karena kau layak menerimanya tapi karena kemurahan-Nya.”

“Waktu terkadang lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi mereka yang takut, terlalu panjang bagi mereka yang gundah dan terlalu pendek bagi meraka yang bahagia….Tetapi bagi yang mengisi waktu sebaik mungkin, waktu merupakan kunci kehidupan yang sebenarnya.

¨Iman seorang mukmin akan tampak disaat ia menghadapi ujian, disaat totalitas dalam berdo´a tapi belum melihat pengaruh apapun dari do´anya . Ketika ia tetap tidak mengubah keinginan dan harapannya meski sebab-sebab untuk putus asa semakin kuat. Itu semua dilakukan seseorang karena keyakinannya bahwa hanya Allah saja yang paling tahu apa yang lebih baik untuk dirinya. (Ibnu Jauzi)

“..dan bumi telah dibentangkannya untuk makhlukNya, di dlamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai koelopak mayang dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan..(Q.S. Ar-Rahman: 10-13).”

Merendahlah, engkaukan seperti bintang gemintang, Berkilau dipandang orangdi atas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi. Janganlah seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit padahal dirinya rendah hina. (K.H. Rahmat Abdullah).”

“Ketika wajah ini penat memikirkan dunia, maka berwudhulah…Ketika tangan ini lelah menggapai cita-cita, maka bertakbirlah…Ketika pundak tak kuasa memikul amanah, maka bersujudlah…Ikhlaskan semua dan mendekatlah padaNya. Agar tunduk disaat yang lain angkuh..Agar teguh disaat yang lain runtuh..Agar tegar disaat yang lain terlempar..

”“Keletihan itu, akan menjadi beban ketika kita merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah SWT…(M. Lili Nur Aulia).”

“Mungkin suatu saat perjuanganmua jadi arus. Arus besar yang menumbangkan tirani. Tapi saat itu kamu sudah tidak ada. Waktu kamu melakukannya pertama kali, kamu hanya sendiri. Tapi itulah yang membuatmu abadi. Abadi dalam kenangan manusia. Abadi bersama bidadari di syurga. Kamu melakukan yang tidak dapat dilakukan orang lain. Kamu melakukan juhad. (Anis Matta).”

“Allah mengaruniakan 3 waktu untuk manusia, yaitu: kemarin, kini dan esok. Berbahagialah mereka yang hari kemarinnya ilmu, hari kininya amal dan hari esoknya jihad. Tugas kita hanya berusaha. Sedangkan hasil adalah urusan Allah. Kalau kita ikhlas, maka usaha kita menjadi amal yang berpahala. Meski tidak ada hasil yang diraih…Keep Beramal.”

PESAN Q PADANYA

Tolong sampaikan pada si dia, aku ada pesanan buatnya..
Tolong beritahu si dia, cinta agung adalah cintaNya..
Tolong beritahu si dia, cinta manusia hanya akan membuatnya alpa..


Tolong nasihati si dia, jgn menyintaiku lbh dr dia menyintai Allah Hu Ya Waduud( Maha Menyinta-Mengasihi)
Tolong nasihati si dia, jgn mengingatiku lbh dr dia mengingati Allah Hu Ya Latiff (Maha Lembut)
Tolong nasihati si dia, jgn mendoakanku lbh dr dia mendoakan ibu bapanya..

Tolong katakan pada si dia, dahulukan Allah krn di situ ada syurgaNya..
Tolong katakan pada si dia, dahulukan ibu bapanya krn di telapak kakinya ada syurgaNya..

Tolong ingatkan si dia, aku terpikat karena imannya bukan rupa..
Tolong ingatkan si dia, aku lebih cintakan zuhudnya bukan harta..
Tolong ingatkan si dia, aku mengasihinya karena akhaqnya..

Tolong tegur si dia, bila dia mulai mengagungkan cinta manusia..
Tolong tegur si dia, bila dia tenggelam dalam angan-angannya..
Tolong tegur si dia, andai nafsu membuai fikirannya..

Tolong sedarkan si dia, aku milik Allah Hu Ya Khaliq ( Maha Mencipta)
Tolong sedarkan si dia, aku masih milik keluarga..
Tolong sedarkan si dia,tanggung jawabnya besar kepada keluarganya..

Tolong sabarkan si dia, usah ucap cinta di kala cita-cita belum terlaksana..
Tolong sabarkan si dia, andai diri ini enggan didekati karena menjaga batasan cinta..
Tolong sabarkan si dia, bila jarak memisahkan hingga mejadi penyebab tumbuhnya kerinduannya..

Tolong pesankan padanya, aku tidak mau menjadi fitnah besar kepadanya..
Tolong pesankan padanya, aku tak mau menjadi penyebab kegagalannya..
Tolong pesankan padanya, hanya doa yang bisa kupanjatkan biarkan Allah Hu Ya Muhaimin (Maha Memelihara) menjaga dirinya..

Tolong khabarkan pada si dia, aku tidak mau mengecewakan dia..
Tolong khabarkan pada si dia, aku mau dia berhasil dalam impian dan cita-citanya..
Tolong khabarkan pada si dia, jadilah pendorong semangatku dalam berikhtiar dan berusaha..

Tolong sampaikan pada si dia, aku mendambakan cinta suci yang terjaga..
Tolong sampaikan pada si dia, cinta karena Allah tidak ternilai harganya..
Tolong sampaikan pada si dia, hubungan ini terjaga selagi dia menjaga hubungan dengan Allah Hu Ya Karim (Maha Mulia)..
Tolong sampaikan kepada si dia karena aku tidak mampu memberitahunya sendiri...

Hanya engkau Ya Allah mengetahui siapa si dia..
Semoga pesananku sampai padanya walau aku sendiri tidak mengetahui siapa dan dimana si dia..
Semoga dia ibarat seekor lebah yang sentiasa memuji keagunganMu Ya Allah Hu Ya Kabir(Maha Besar)

Nikah bukan sekedar keinginan

Assalamualaikum wr. wb.

Akhir-akhir ini banyak dari sahabatku yang bertanya tentang rencana pernikahanku. Pertanyaan seperti "Jadi kapan nih, mau nyebar undangan?" dan sejenisnya, terus melandaku melalui telepon, SMS, layar-layar messenger di komputerku, bahkan pertemuan-pertemuan kami rasanya tidak lengkap tanpa mereka menanyakan hal itu. Tadinya aku hanya diam dan tersenyum menjawabnya. Aku berpikir, "Sudahlah, nanti juga mereka bosan sendiri." Toh, kalau memang waktunya sudah sampai, kabar bahagia itu pasti tidak akan aku simpan. Bosan juga sebenarnya untuk membahas masalah ini. Kata seorang sahabat, pernikahan itu bukan untuk didiskusikan, tapi untuk diamalkan. Tapi, jika diskusi itu dalam rangka mempersiapkan diri, mungkin tidak ada salahnya ya?
Menikah, siapa sih yang tidak ingin? Sebagai seorang manusia yang mempunyai kebutuhan psikologis dan biologis, wajar rasanya jika kita menginginkannya. Mereka bilang, menikah itu membuat jiwa menjadi tenang, dan pikiran lebih terarah. Apalagi Baginda Rasulullah SAW mengatakan bahwa menikah merupakan sunnah beliau, yang mana sunnah ini akan menggenapkan separuh dari agama kita. Bahkan Rasulullah SAW menjamin bahwa seseorang yang ingin menikah untuk menjaga kehormatannya, termasuk dalam 3 golongan yang Allah wajib untuk menolongnya. Tidakkah sebagai seorang muslim yang baik, janji Rasul ini sangat menggiurkan?
Hmm.. Cinta, tema yang sangat mendunia. Setiap orang pasti pernah mencintai dan dicintai. Cinta kepada orang tua, suami, istri, saudara, anak-anak, sahabat, guru, dan masih panjang lagi daftar nama orang-orang tercinta kita. Ya, cinta itu memang telah dianugerahkan Allah kepada manusia.
Sabda Rasulullah SAW: "Allah memiliki 100 bagian Rahman (kasih), yang satu bagian disebarkannya ke seluruh dunia sehingga seekor kuda mengangkat kakinya karena takut menginjak anaknya yang baru lahir ..."
Pernikahan adalah satu-satunya cara yang dihalalkan dalam Islam bagi seorang perempuan dan laki-laki non muhrim untuk menjalin cinta dan kasih.
Tapi menikah itu tidak semudah membalik telapak tangan. Ia adalah proses yang mudah tanpa harus dimudah-mudahkan, sekaligus merupakan suatu proses yang sulit tanpa harus dibuat rumit. Saat seorang laki-laki menyambut pernyataan menikahkan dari seorang wali perempuan dalam ijab kabul pernikahan, saat itulah dimensi baru bagi keduanya dimulai. Seorang perempuan dalam sekejap mempunyai predikat baru sebagai seorang istri, dan seorang laki-laki akan berubah status menjadi seorang suami. Status baru yang mungkin belum terbayangkan sama sekali bagi mereka. Status yang dibelakangnya mengekor beribu konsekuensi yang baru juga.
Ketika kita memutuskan untuk menikah, seharusnya kita telah bersepakat untuk mempertemukan tidak hanya seorang laki-laki dan perempuan, tapi juga dua pemikiran, dua sudut pandang, dua karakteristik, dua kebiasaan, tak lupa juga bahwa kita telah menikahkan dua keluarga besar dan dua kebudayaan. Ibarat sebuah pepatah: Lain ladang, lain belalang. Perbedaan itu pasti akan ada. Maka siap menikah berarti kita siap untuk menerima perbedaan. Perbedaan itu adalah suatu sunnatullah, lalu kenapa kita harus takut untuk berbeda? Sekali lagi, menikah adalah kesiapan untuk menerima perbedaan, kemauan untuk berubah, keinginan untuk mengenal lebih jauh, kesiapan untuk menerima pasangan kita apa adanya dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan pribadi demi mengedepankan kepentingan dan kebutuhan bersama.
Bukan sekedar keinginan, menikah membutuhkan persiapan yang tidak mudah. Bahkan, ketika pernikahan itu sudah terlaksana pun, proses pembelajaran itu harus tetap kita lakukan. Ada suatu perbedaan besar yang harus kita sadari antara penggunaan kata 'ingin' dan 'siap'. Suatu keinginan yang tidak diikuti oleh proses mempersiapkan diri, ia hanya akan berakhir sebagai suatu mimpi kosong di siang bolong. Sementara, parameter kesiapan setiap orang hanya dirinya dan Allah saja yang tahu. Pun ketika kita melihat seorang laki-laki atau perempuan yang kita anggap cukup siap untuk menikah, ketika keinginan itu tidak tumbuh dalam diri mereka, maka pernikahan itu akan sulit untuk terealisasi. Tentunya, tanpa menafikkan bahwa semua itu berada dalam wilayah kekuasaan Allah. Yaitu untuk menentukan kapan kita akan menikah, di mana, dengan siapa, dan dalam kondisi seperti apa, hanya Allah yang mampu menjawab itu semua...
Ya, semoga pernikahan bukan hanya menjadi keinginan kita belaka, tapi merupakan sesuatu yang kita upayakan dapat terlaksana dalam koridor syari'at-Nya.

Wassalamu'alaikum wr.wb
Sumber:
Milis DT-Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
(kiriman no.1, 08 - 08 - 2010 Kiriman Grup Fiqih Munakahat)

menyantuni anak yatim

Assalamu'alaikum wr.wb

Di kota Basrah, Irak, pernah hidup seorang laki-laki yang senantiasa menghabiskan hari-harinya dengan meneggak minuman keras. Berulangkali sudah para tetangga mengingatkan ia supaya meninggalkan kebiasaan ber mabuk-mabukan. Namun tidak sekalipun digubrisnya. Akibat kebiasaan yang tidak terpuji itu, ia hidup terkucil. Begitupula keadaannya waktu laki-laki tersebut meninggal dunia, tidak seorangpun yang bersedia mengurus jenasahnya.
Terpaksa hanya istri laki-laki itu yang mengurus jenasahnya. Usai memandikan dan mengkafani, si istri mencari orang-orang yang bersedia menshalati jenasah suaminya. Namun tidak seorangpun yang bersedia. Ditengah keputusasaannya, datanglah seorang ulama zuhud berniat menshalatinya. Kejadian tersebut, tentu saja menggemparkan masyarakat setempat.
"Mengapa ulama yang zahid itu sudi menshalatinya?" tanya salah seorang penduduk.
"Mungkin dia tidak tahu, bahwa semasa hidupnya simayat suka mabuk mabukan,"jawab yang lain.
"Atau, mungkin juga karena rasa kasian melihat tidak seorangpun diantara kita yang sudi mengurusnya," reka yang lain lagi.
Mendengar komentar-komentar penduduk itu, sang ulama segera memberikan penjelasan. "Di dalam tidurku semalam, aku bermimpi mendapat perintah ke tempat ini. Mendatangi jenasah seorang laki-laki yang hanya ditemani istrinya. Aku juga diperintahkan menshalatinya, karena dosa-dosa si mayat selama hidupnya telah diampuni oleh-Nya."
Mendengar penuturan ulama yang zahid itu, semua orang tercenggang keheranan. Mereka saling berpandangan. Tatap mata mereka, tampaknya bertanya-tanya. Amal kebajikan apakah yang dimiliki oleh si mayat sehingga diampuni dosa dosanya, pikir mereka. Rasa penasaran mereka kemudian terjawab ketika sang ulama berdialog dengan istri si mayat.
"Kebaikan apakah yang banyak diperbuat suamimu semasa hidupnya?" tanya sang ulama. "tidak ada," istri almarhum menggeleng. "Setiap hari aku menyaksikan mabuk-mabukan."
"Subhanallah," komentar sang ulama. "Cobalah kau ingat-ingat, barangkali ia memiliki amal kebaikan."
"Demi Tuhan tidak ada. Hanya saja kalau dia sadar dari mabuknya disaat waktu shalat Subuh, ia segera berganti pakaian lalu mengambil wudlu dan shalat berjamaah. Setelah itu kembali kepada kegemarannya menenggak arak."
Sang ulama masih terdiam mendengarkan. Begitu juga penduduk setempat.
"Dan ketika sadar di tengah keasyikannya menenggak arak," kisah istri almarhum lagi. "Ia menangis sambil menyesali diri: Ya Tuhanku, dimanakah sudut Neraka Jahanam. Apakah Engkau akan mengisi Jahanam dengan dosa-dosaku ini?. Begitu ia sering menyesali diri."
"Selain itu?"
"Rumah kami tak pernah sepi dari anak-anak yatim yang ia asuh dan sayangi melebihi anaknya sendiri."
Sang Ulama mengangguk-angguk lantas menshalatinya. Para penduduk tetangga almarhum akhirnya tergugah untuk menshalatinya juga.

Wassalamu'alaikum wr.wb
Sumber:
(Disadur dari buku : Sedekah Membuka Pintu Surga oleh Syamsul Rijal Hamid, Hal 90 - 92)

Nilai segelas air

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup” (QS. 21:30)

Ayat ini merupakan ayat popular. Kerap dikutip orang saat menyatakan betapa pentingnya eksistensi air. Tidak satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak butuh air. Bahkan komponen terbesar dalam tubuh manusia dan banyak makhluk lainnya adalah air.

Air merupakan nikmat yang tiada ternilai. Proses sebuah air hingga bisa dinikmati oleh manusia sering digambarkan oleh Allah Swt dalam ayatNya dengan skema yang tidak main-main. Negeri kering nan tandus, kemudian Allah Swt kumpulkan debit air dalam sebuah wadah terbang-bergerak bernama awan. Lalu awan tersebut ditiup dan digiring menuju negeri yang Dia Swt kehendaki. Maka atas izinNya hujan pun turun membawa ribuan ton debit air. Membasahi bumi… lalu setelah itu manusia menggunakannya untuk minum, mencuci, mandi, masak dan lain-lain. Duh andai saja manusia menyadari proses ini, pasti mereka wajib bersyukur.

“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS. 56 : 68-70)

***

Seorang raja bernama Harun Ar Rasyid sedang dalam sebuah perjalanan melintasi sebuah gurun pasir menunggangi unta. Bersamanya ada sebuah lelaki bijak sang penasehat raja bernama Ibnu As Samak. Perjalanan panjang di siang yang panas. Terik matahari membuat dehidrasi dan sang khalifah pun kehausan. Pada satu tempat yang teduh, Harun ar Rasyid menepi. Disuruhnya As Samak untuk menggelar tikar dan membawa minuman untuknya.

Ibnu Samak menggelar tikar untuk sang raja dan menuangkan segelas air untuknya. Saat gelas sudah terisi oleh air, lalu Ibnu As Samak berujar, “Khalifah…, dalam kondisi panas dan tenggorokan kehausan seperti ini, andaikata bila kau tidak dapatkan air untuk minum kecuali dengan harus mengeluarkan separuh kekayaanmu, sudikah engkau membayar dan mengeluarkannya? !” Hari terik dan panas mencekat kerongkongan, tanpa pikir panjang khalifah ar Rasyid menjawab, “Saya bersedia membayarnya seharga itu asal tidak mati kehausan!”

Maka usai mendengarnya, Ibnus Samak memberikan segelas air itu dan khalifah pun tidak lagi kehausan.

Ibnu Samak lalu duduk di sisi khalifah Harun. Sejurus kemudian Ibnu Samak melontarkan pertanyaan lagi, “Khalifah, andai air segelas yang kau minum tadi tidak keluar dari lambungmu selama beberapa hari tentulah amat sakit rasanya. Perut jadi gak keruan dan semua urusan jadi berantakan karenanya. Andai kata bila kau berobat demi mengeluarkan air itu dan harus menghabiskan separuh kekayaanmu lagi, akankah kau sudi membayarnya? ” Mendengar itu, sang khalifah merenungi kondisi yang disebut oleh Ibnus Samak. Seolah mengamini maka khalifah menjawab, “Saya akan membayarnya meski dengan separuh harta saya!”

Mendengar jawaban dari sang khalifah, maka Ibnus Samak sang penasehat raja yang bijak kemudian berkomentar, “O…., kalau begitu seluruh harta yang tuan khalifah miliki itu rupanya hanya senilai segelas air saja!”


copaz message..