Islamic Widget

Kamis, 01 April 2010

Penjelasan Hadits Arbain Imam An Nawawi Kedelapan Belas: Taqwa dan Akhlak yang Baik

.
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ
رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ
الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “
[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]

Dari Abu Dzar bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal
radhiyallahu’anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau
bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah
kejelakan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan
menghapuskannya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”
(HR. Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih. Hasan dikeluarkan
oleh At Tirmidzi di dalam [Al Bir Wash Shilah/1987] dan dishahihkan oleh
Al Albani di dalam Al Misykat [5083])

Penjelasan:

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Bertakwalah kepada Allah”
adalah fi’il ‘amr (kata perintah) dari kata at taqwa. Takwa adalah
membuat perlindungan dari siksa Allah, yaitu dengan melaksanakan
perintah-perintahNya, dan menjauhi larangan-laranganNya. Inilah yang
disebut takwa. Dan ini adalah batasan yang terbaik untuk mengartikan
kata “takwa”.

(Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada), yakni di tempat di
mana pun engkau berada. Engkau tidak hanya bertakwa kepada Allah di
tempat yang di sana orang-orang melihatmu saja. Dan tidak hanya bertakwa
kepadaNya di tempat-tempat yang engkau tidak dilihat oleh seorang pun,
karena Allah senantiasa melihatmu, di tempat manapun engkau berada. Oleh
karena itu, bertakwalah di mana pun engkau berada.

(Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan
menghapuskannya), yakni jadikanlah kebaikan itu mengiringi kejelekan.
Jadi, jika engkau melakukan kejelekan, maka iringilah dengan kebaikan.
Dan termasuk dalam hal itu –yakni mengiringi kejelekan dengan kebaikan-,
adalah engkau bertaubat kepada Allah dari kejelekan tersebut, karena
taubat adalah suatu kebaikan.

Dan sabdanya, “Niscaya akan menghapuskan”, yakni kebaikan itu jika
dilakukan setelah kejelekan, maka ia akan menghapuskannya. Oleh karena
itu, Allah subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّـيِّئَاتِ

“Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Huud: 114)

Hadits ini mengandung beberapa faedah, di antaranya adalah:

1. Perhatian yang besart dari Nabi terhadap umatnya dengan memberikan
arahan kepada mereka pada hal-hal yang mengandung kebaikan dan kemanfaatan.

2. Wajibnya bertakwa kepada Allah di manapun juga. Di antaranya adalah
wajibnya bertakwa baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian,
berdasarkan sabdanya, “Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada.”

3. Isyarat bahwa bila kejelekan itu diiringi dengan kebaikan, maka
kebaikan itu akan menghapuskannya dan menghilangkannya secara
keseluruhan. Hal ini sifatnya umum, dalam kebaikan dan kejelekan, jika
kebaikan itu berupa taubat. Karena taubat akan meruntuhkan apa-apa yang
sebelumnya. Adapun jika kebaikan itu selain taubat, (misalnya saja)
orang itu berbuat kejelekan, kemudian ia melakukan amalan shaleh, maka
amalannya akan ditimbang. Jika amalan baiknya lebih banyak dari amalan
jeleknya, maka akan hilanglah pengaruhnya, sebagaimana firman Allah
subhanahu wata’ala,

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ
خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seorang barang sedikit pun. Dan jika( amalan itu) hanya
seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah
Kami sebagai pembuat perhitungan.” (Al Anbiyaa’:47)

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Dan bergaullah dengan mereka dengan akhlak yang baik.”

Yaitu berinteraksilah dengan mereka dengan akhlak yang baik, baik dengan
ucapan maupun dengan perbuatan, karena hal itu adalah kebaikan. Perintah
di atas, bisa jadi hukumnya wajib, bisa jadi hanya merupakan perkara
yang dianjurkan saja, sehingga dapat ditarik faedah pula dari sini;
disyari’atkannya bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik. Nabi
menyebutkan secara umum bagaimana cara bergaul (dengan sesama). Dan hal
itu bervariasi sesuai dengan keadaan dan kondisi orang perorangan.
Karena boleh jadi suatu hal baik bagi seseorang, akan tetapi tidak baik
bagi orang yang lainnya. Orang yang berakal dapat mengetahui dan
menimbangnya.

(Syarah Arbain An Nawawiyah oleh Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin,http: //ulamasunnah.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar