Seekor Kanguru, berguru kepada Cheetah. Ia ingin bisa melompat dan bergerak dengan gesit, seperti gurunya itu.
“Bakatmu melompat memang luar biasa.” Kata Cheetah kepada Kanguru. ”Hanya sayang.”
“Apa?”, cecar Kanguru, tak sabar.
“Dirimu bukan entrepreneur.”, (Bayangkan, Kanguru mana yang bisa entrepreneur :P) “Si makhluk otak kanan gila.”, lanjut Cheetah.
”Yang bisa membuat batu teronggok menjadi seharga emas.”, Cheetah memandang kea rah muridnya itu.”, dan kembali bicara. “Lompatanmu yang berseni dan menginspirasi, makin gesit. Sudahlah sepantasnya menjadi master di dunia perlompatan.” (hehe)
“Kemarin, aku mencoba mengetuk telinga hatimu. Malam ini aku mencoba mengetuk otak kanan mu.”, Cheetah tersenyum.
”Hehehe.. sejak kemarin bicara tentang otak kanan. Aku belum berubah guru.”, Kanguru menunduk. Ia menyesal, belum bisa menjadi seperti yang gurunya inginkan.
”Otak kanannya Kanguru, kan perasaan. Otak kanan Cheetah, akal-akalan. Hehe.”
”Lompatanmu yang kemarin keren banget. Rintangan yang cukup sulit, bisa kau lalui dengan baik.”, puji sang guru.
”Biar semua pelompat bisa terinspirasi.”, Mata Kanguru mulai berbinar.
“Yakin dan PD, percaya Dia.”, Cheetah memandang ke arah langit.
”Makin pengen jadi 'gila'.. haha.”, Kanguru memandang gurunya.
“Harus. Ingin jadi yang terbaik harus gila. Gila ide, ide gila. Untuk menjadi juara melompat sedunia kemaren melawan master-master lompat yang datang dari berbagi belahan hutan dunia. Aku harus gila. Aku terus berlatih, belajar, bertanya, berusaha menemukan teknik melompat yang tak biasa. Semua lebih gila dari biasanya.”, panjang lebar, Cheetah menceritakan pengalaman berharganya itu. Dengan penuh kebahagiaan.
”Menginspirasi lewat lompatan saja belum cukup gila. Seekor burung Onta, untuk bisa memecahkan rekor MURBI (Museum Rekor Binatang) dalam bertelur paling besar dan banyak dalam sehari. Dia melompat-lompat sejak pagi, hingga sore. Ketika senja tiba, ia mulai bertelur. (haha.. maksa.com)
“Begitu ya.”, Pikiran sang Kanguru melayang jauh. Dia ingin sukses.
“Inspirasi sudah menjadi darah dagingmu. Juallah..! Menginspirasi dan menjual adalah dua alam yg berbeda. Namun, bila disinergikan hasilnya sungguh luar biasa.”, Cheetah menghentikan bicaranya. Kembali memandang Kanguru. Berharap, Kanguru itu sudah menjadi segila dirinya. Lalu, ia melanjutkannya. Teman-teman di kelompok Cheetah kaget.”
“Kenapa?”, Kanguru menantikan inspirasi berikutnya.
“Ternyata, aku menembak pangsa pasar burung Onta, untuk mentoring melompat.”
“Hmm.. binar di mata Kanguru makin terang.
”Selama ini mentor melompat, selalu didatangkan dari negri burung Onta, ke negri Cheetah. Sekarang aku balik. Dari negri Cheetah ke negri burung Onta.”
“Dan minggu depan kalau jadi, insyaAllaah. Itu adalah awal yang baik. Lembaga kursus melompat terkenal di negri burung Onta meminta untuk mengisi materi melompat. Tadi malam bosnya kontak aku via inbox. (hihi) Dia gregetan liat sepak terjangku yang barusan kursus udah nekat mentoring. Hehe.”, Cheetah nyengir. ”Artinya hal-hal kecil atau mendasar. Apabila kita olah dengan cukup gila, akan menghasilkan sesuatu yang berbeda. Begitulah kira-kira.”, Cheetah pun nyengir lagi.
“Cheetah gila dari negri Cheetah.. menembus menembus negri burung Onta.”, Kanguru menatap bangga pada sang guru.
”Kanguru gila dari negri Kanguru akan hadir.”, Cheetah membalasnya.
“Haha.. kena deh aku. Soalnya belum gila sih.”
“Kena tapi kurang sering. Mungkin lebih banyak terlena dengan banyak jempol. Ketimbang dengan kripik pedas.”, Cheetah berkata penuh arti.
“Hmm.. dalem guru.”
“Itulah bagian kecil dari ‘tauhid’. Sebongkah intan tidaklah terlalu berharga dan indah sebelum bergesekan keras dengan gurinda tajam dan pedih. Hingga menjadi butiran intan-intan kecil indah melingkar di sudut jari manis manusia, yang disebut wanita. Kalau bongkahan besar dan kasar intan dibawa-bawa seorang wanita tentu tidaklah indah. Justru mengundang bahaya besar, dirampok misalnya.”, Cheetah mengakhiri kata-kata inspirasinya.
“Hmm.. tak bisa berkata apa-apa. Sedang menggedor di otak kanan. Terimakasih guru.”, Kanguru memandang matahari yang mulai tenggelam. Sungguh, ia ingin, menjadi segila gurunya.
( http://putrigobel.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar