Mentari senyum lebar tanda kekuasaan kembali bertakhta. Setelah sekian lama membenarkan sang purnama bersuka-ria memadu rindu dengan sang pungguk. Sang helang berterbangan di ufuk timur, gagah, berani, bebas... terbang tinggi tanpa dinding membataskan, tanpa rintang yang menghalang...
Hawa... Bukan kutewas dengan ribut angin alam yang kencang. Kuibaratkan diriku hilang gagah perkasa di awan. Namun andainya sebelah sayapku kuat tapi sebelah lagi tergeliat.... ah, belum lagi patah, ku tidak mampu membahas n ribut modernisasi dan globalisasi mengikut haluanku....
Hawa....
Andainya hilang ego lelaki, maka musnahlah dunia tanpa kepimpinan. karena ego mencipta karisma dan kepimpinan. Namun tatkala egoku menjadi egoisme, maka di situ aku perlukan coretan. Terbang di langit tanpa batasan, sering ku kebablasan ke angkasa larangan. Kuharapkan teguran dan kritikan serta pesan berpanjangan, agar kutetap terbang di awan, tapi tafakurku sejenak di pepohonan...
Hawa.....
Seandainya kuperlukan mata ketiga yang sentiasa mengintropeksi...
maka begitulah jua dirimu yang tak kurang alpanya. Dunia kini, tiada hiburan tanpa kaummu yang menghiburkan.
Modenisme kini, tiada hiasan tanpa susuk dirimu yang menggiurkan. Ah, memang kaumku mudah mempercayai pada mata. Tapi siapakah yang telah hilang perasaan malu sanggup menjadikan dirinya sebagai hidangan enak buat mata, tapi racun pada jiwa?? Seandainya benar kaummu pemalu, mengapa tidak dibalut tubuhnya dengan helaian sutera yang indah, yang telah diharamkan untukku mengenakannya? Seandainya malu itu lebih pada kaummu, mengapa tidak ramai kaumku yang kelihatan memakan pakaian menampakkan bentuk badan seperti yang dipakai oleh kaummu di khalayak banyak....?
Hawa......
Terkadang, tak kurang dikalanganmu yang amat tinggi malunya. Indah etikanya di khayalak. Sutera kausarung menghijab keindahanmu dari mata keranjang kaumku. Tatkala itu, kamu bangga dengan sifat itu. Namun di wajahmu terhijab, hatimu bertelanjang tanpa mahmudah... Kamu merendahkan orang lain, di hadapan orang lain. Kamu tidak akan puas seandainya perihal orang lain tidak kamu bicarakan.....
Ah, apakah mengumpat dan menfitnah orang satu santapan yang sedap? Bagaikan memakan daging saudara sendiri, namun sering dibayangi dengan bahasa indah, sekadar menjadi iktibar diri...
walhasill hati kecilmu tidak kan puas seandainya aib orang tidak dibicarakan.....
kalau tidak karena tubuh, karena lidah pun hancur masyarakatku...
Hawa.....
ku datang bukan untuk mencakar cengkraman kuku tajam di kaki...
bukan juga mematukkan paruh berbisa yang menyambar....
Tapi supaya direnungkan bersama. Bahwa antara kita perlu sentiasa perbaiki diri. Aku akur dengan nasihat dan peringatanmu, di kala itu akurlah dengan peringatanku padamu....
Hawa... karena kau adalah ibu yang mengandung dan melahirkan... karena dalam asuhanmu, aku dibesarkan... karena kau adalah teman hidup tempat emosiku berbicara karena kau adalah taman nafsuku yang bergelora karena kau adalah asset masyarakat yang mengundang ujian karena kau ibarat hiasan indah bagai intan berlian....
Adam ;) Wassalamualaikum
by. RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar